Reporter: Naufal Lanten
TVRINews, Jakarta
Ramai di media sosial bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ182 mengalami stall atau kehilangan kekuatan untuk mengangkat. Disebut pula berdasarkan ground speed 115 knots, indikasi keras bahwa pesawat terkena full stall dan akan sulit di-recover dengan ketinggian seperti itu.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono menjelaskan, Stall sendiri dapat diartikan sebagai kehilangan kekuatan untuk mengangkat pada pesawat terbang. Stall terjadi karena bertambahnya hambatan udara pada bagian sayap pesawat terbang sehingga pesawat kehilangan kemampuan untuk terangkat di udara.
Di antara beberapa tanda stall adalah (1) kecepatan yang lebih rendah dari normal, (2) getaran di pedal kemudi, (3) posisi moncong pesawat yang tinggi, (4) turun ketinggian mendadak saat terbang.
“Ini kami sampaikan sedikit tentang data analisis ADS-B (Automatic Dependent Surveillance- Broadcast) yang disampaikan oleh media sosial karena kami melihat banyak hal yang menyimpang dan membikin resah,” kata Soerjanto Tjahjono dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu, (3/2/2021).
Soerjanto Tjahjono mengatakan, data Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan bahwa sejak ketinggian berkurang, kecepatan pesawat bertambah. Sedangkan kecepatan 115 Knots di flghtradar24 merupakan ground speed.
Berdasarkan temuan pada turbin pesawat, hasil menunjukkan bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air.
“Ini diindikasikan bahwa turbin- turbinnya rontok semua, itu menandakan bahwa ketika mengalami impact kepada air, mesin itu masih berputar,” terang Soerjanto Tjahjono.
Sebaran bagian pesawat dari bagian depan hingga belakang ditemukan dalam posisi yang tidak berjauhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air.
“Jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar. Pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara,”kata Ketua KNKT.
Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di antara perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada Sabtu, (9/1/2021) sekitar pukul 14.40 WIB.
Editor: Dadan Hardian