
Kendaraan antre isi BBM di tengah krisis ekonomi negara (Foto : Reuters/Dinuka Liyanawatte)
Penulis: Intan Kusumawardani
TVRINews, Colombo
Para dokter dan staf medis serta guru di Sri Lanka turun ke jalan pada hari ini, Rabu (29/6) untuk menuntut pemerintah mengatasi kekurangan bahan bakar di negara tersebut.
Pemerintah yang hanya memiliki cukup bahan bakar untuk bertahan sekitar satu minggu, pada hari Selasa (28/6) kemarin, telah membatasi pasokan untuk layanan yang dianggap penting, seperti kereta api, bus, dan sektor kesehatan, selama dua minggu.
Tetapi dokter, perawat, dan staf medis lainnya mengatakan bahwa meskipun mereka dianggap sebagai pekerja penting, mereka berjuang untuk menemukan bahan bakar untuk mulai bekerja.
"Ini adalah situasi yang tidak mungkin, pemerintah harus memberi kami solusi," kata H. M. Mediwatta, Sekretaris Serikat Perawat Semua Pulau kepada wartawan.
Krisis ekonomi paling serius di Sri Lanka sejak kemerdekaan pada tahun 1948 terjadi setelah COVID-19 menghancurkan ekonominya yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman uang dari pekerja di luar negeri.
Kenaikan harga minyak, pemotongan pajak populis dan larangan impor pupuk kimia tahun lalu yang menghancurkan pertanian, telah menambah kesengsaraan.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu hampir kehabisan cadangan devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor kebutuhan pokok, termasuk makanan, obat-obatan, bensin dan solar.
“Presiden AS Joe Biden telah menjanjikan $20 juta kepada Sri Lanka untuk memberi makan lebih dari 800.000 anak-anak dan 27.000 wanita hamil serta ibu menyusui selama 15 bulan kedepan,” tutur Presiden Rajapaksa.
Editor: Redaktur TVRINews